Babak pertama seri pemungkas The Hunger Games yang diberi tajuk Mockingjay
harus diakui berakhir mengecewakan dengan segala propaganda politik
membosankan. Tentu saja kita tidak bisa berharap banyak ketika babak
pemungkasnya yang semestinya bisa menjadi klimaks besar dari perjalanan franchise sci-fi YA populer milik Suzanne Collins harus rela di belah menjadi dua bagian, latah mengekor franchise-franchise
besar lainnya yang sebelumnya terlebih dahulu melakukannya dengan dalih
agar bisa mengeksplorasi lebih dalam sumber aslinya meski kenyataan di
lapangan semua kembali ke alasan lebih banyak Dollar yang bisa diraup.
Jika babak pertamanya murni
bermain-main dengan propaganda perang dan politik via media televisi
antara pihak Capitol pimpinan Presiden Snow (Donald Sutherland) dan kubu
pemberontak yang dikomandoi President Alma Coin (Julianne Moore), Mockingjay part 2 bisa dibilang benar-benar menjadi sebuah war movie, meski tidak benar-benar menghadirkan perang besar-besaran, setidaknya apa yang terjadi di part-2 nya sedikit lebih baik, setidaknya bagi penonton yang mencari banyak aksi, Mockingjay Part 2 memberi lebih banyak keseruan dari sekedar nyanyian The Hanging Tree-nya Katnis.
Menyambung langsung dari bagian
pertamanya, Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) kini berada di ujung
peperangan besar. Misinya membunuh Snow sudah bulat terlebih setelah apa
yang sudah dilakukan presiden lalim itu terhadap Peeta Mellark (Josh
Hutcherson) yang nyaris membunuhnya. Bersama bantuan pasukan elit
pemberontak, sang Mockingjay berangkat menuju medan akhir, melintasi
pinggiran Capitol yang dipenuhi banyak pods (jebakan) maut yang
disebar di sepajang jalan. Ancamannya tentu saja besar, dari sekedar
semburan api, terjangan senapan mesin, ranjau darat, bajir cairan hitam
mematikan sampai serbuan para mutan ganas di gorong-gorong bawah tanah.
Tetapi apapun rintangannya, Katniss tahu bahwa ia harus menyelesaikan
ini untuk selamanya.
Memang Part-2 nya harus diakui lebih
menghibur dengan segala rentetan aksi yang lebih banyak, tetapi ini
sebenarnya masih seri yang sama lemahnya dengan babak pertamanya, jauh
sensasinya dibanding apa yang pernah dihadirkan seri pertama The Hunger
Games apalagi bagian terbaiknya di Catching Fire. Mungkin bukan sepenuhnya salah Francis
Lawrence atau duo penulisnya;Peter Craig dan Danny Strong, mungkin ini
juga salah Suzanne Collins yang tidak menyediakan sebuah konklusi yang
dahysat untuk menutup trilogi kesayangannya hingga berimbas pada versi
adaptasi filmnya yang kurang greget untuk sebuah seri
pemungkas. Memang ada sebuah penutup yang dicari oleh penontonnya sejak 7
tahun silam, tetapi bagaimana menuju ke sana mungkin gagal dihadirkan
secara mengesankan, bahkan kamu dengan mudah menebak kejutan yang hadir
ketika momen The Hunger Games baru dikumandangan Presiden Coin.
Apa yang terjadi di 20 menit akhir terkesan sangat terburu-buru, ini
jelas ironis mengingat dua seri yang berselang satu tahun dihabiskan
untuk bisa menjelajahi novel terakhirnya dengan lebih maksimal, tetapi
yang terjadi di lapangan tetap saja tidak pernah terjadi.
Elemen politiknya tidak pernah
bisa menonjol, tidak ada penampakan Panem bersatu untuk memperjuangkan
dunia baru, yang ada hanya Katniss dan Katniss lagi seorang diri yang
tampak paling ngotot. Relasi cinta segitiganya juga tetap sama flat-nya
dengan pendahulunya, tidak ada dilema yang bisa dirasakan dari dua
pilhan yang seharusnya bisa menjadi kompleks, bahkan saga Twilight sama masih lebih baik soal ini. Sementara di tempat lain juga terlalu banyak cast
bagus terbuang karena olahan naskah yang kerdil. Jadi kalau mau jujur,
ini sekedar cerita puncak dari seorang gadis desa terpilih yang ingin
membalaskan dendamnya, ya, hanya itu, toh, plot utama ini juga bisa
berjalan mulus tidak lepas karena kemampuan Jennifer Lawrence masih
sangat solid membawakan perannya sebagai Katniss Everdeen sang
Mockingjay. Penampilan konsisten Lawrence sejak seri awal The Hunger Games tentu berimbas besar, terutama ketika berhasil meninggalkan kesan pada penontonnya, ini jelas mampu menutup banyak kekurangan franchise
ini, terutama pada seri pemungkasnya yang diakhiri dengan cukup
emosional, setidaknya buat penonton yang sudah setia mengikuti seri ini
sejak 2008 lalu tidak peduli fans novelnya atau hanya sekedar penonton
biasa.
7
Reviewer
Kelebihan
- Penampilan Prima Jennifer Lawrence
- Beberapa momen aksi yang seru dan menegangkan
Kekurangan
- Banyak momen penting yang semestinya bisa emosional terasa datar
- Ending yang kurang greget
- Elemen politik dan cinta yang tidak pernah bisa menonjol
Summary
Sebagai sebuah seri penutup dari saga adaptasi
YA populer, The Hunger Games: Mockingjay Part-2 sebenarnya tidak
terlalu buruk, setidaknya ada peningkatan dari part pertamanya yang
berjalan terseok-seok. Meski seru di beberapa bagian, tetapi kalau mau
jujur, ini terlalu datar dan nyaris tanpa emosi, jelas bukan cara yang
pantas untuk mengakhiri perjalanan panjang Katniss Everdeen
menperjuangkan dunia yang lebih baik.
CERITA : 6.7
PENYUTRADARAAN : 7
AKTING : 7
VISUAL : 7.4
0 comments:
Posting Komentar
kalau KOMEN jangan lupa sertakan LINK blog anda, untuk saya kunjungi BALIK biar lebih AKRAB